Pernah dengar atau bahkan memakai stabilizer listrik? Alat satu ini memang cukup dibutuhkan untuk menjaga keamanan alat-alat listrik yang digunakan sehari-hari. Apakah fungsi stabilizer hanya sebatas itu? Dan bagaimana cara kerjanya?
Pada tulisan kali ini kami akan membahas tentang alat tersebut, mulai dari pengertian stabilizer listrik, fungsi hingga cara kerjanya. Jika kamu tertarik, silakan disimak ini dia penjelasan kami tentang stabilizer listrik.
Pengertian Stabilizer Listrik
Pengertian stabilizer listrik secara sederhana adalah alat yang berfungsi untuk menjaga tegangan arus listrik agar tidak naik dan turun, sehingga input ke alat elektronik menjadi stabil. Alat ini menjadi cukup penting untuk menjaga keawetan dari alat elektronik.
Hal tersebut karena seringkali tegangan listrik yang dialiri langsung dari PLN tidak stabil saat diinput oleh suatu alat elektronik. Fluktuasi ini bisa merusak alat tersebut, jika misal nilai tegangan input di bawah atau di atas nilai tegangan yang dibutuhkan oleh alat tersebut.
Standarnya listrik PLN adalah 220 Volt, namun tak jarang tenggangan tersebut tidak tepat 220 Volt. Kadang lebih tinggi atau lebih rendah, kondisi inilah yang cukup berpengaruh pada keawetan alat-alat elektronik.
Nah kadang stabilizer ini sering disamakan dengan UPS (Uninterruptible Power Supply) karena fungsi keduanya yang sama-sama menjaga peralatan elektronik. Namun stabilizer berbeda dari UPS, karena UPS lebih pada menjaga dengan mencegah aliran listrik mendadak, khususnya ketika listrik kembali menyala setelah putus listrik.
Apa Fungsi Stabilizer Listrik?
Beberapa fungsi krusial dari stabilizer listrik adalah:
1. Menjaga Nilai Tegangan Listrik Tetap Stabil
Seperti yang sudah kami bahas sebelumnya, fungsi stabilizer listrik adalah untuk menjaga nilai tegangan listrik agar tetap stabil. Alat satu ini dapat menaikkan tenggangan ketika tegangan input terlalu kecil atau menurunkannya ketika terlalu besar.
2. Menjaga Keawetan Peralatan Elektronik
Dengan menjaga suplai listrik dalam kondisi stabil, kamu dapat memperpanjang umur peralatan elektronik. Karena nilai tegangan input yang sering turun naik dapat membahayakan komponen-komponen yang ada di dalam sebuah peralatan elektronik.
3. Mencegah Lonjakan Listrik Tiba-tiba (Spike)
Selain nilai tenggangan masuk yang berubah-rubah, lonjakan listrik secara tiba-tiba pun bisa merusak alat-alat elektronik di rumahmu. Stabilizer listrik juga bisa berfungsi untuk mencegah lonjakan listrik tiba-tiba (spike) yang biasanya terjadi ketika listrik kembali menyala setelah aliran terputus.
4. Menghemat Pemakaian Listrik
Tegangan listrik yang tetap konstan juga berpengaruh pada pemakaian listrik. Penggunaan stabilizer listrik juga bisa membuat tagihan listrik juga ikut “stabil”. Sehingga lebih memudahkanmu untuk mengontrol penggunaan daya listrik.
5. Membuat Alat Elektronik Bekerja Optimal
Setiap alat elektronik akan bekerja secara optimal ketika diberikan daya yang sesuai dengan yang dia butuhkan. Sebut saja kulkas, jika suplai listrik tidak cukup untuk menggerakkan kompresor, kulkas menjadi tidak dingin. Begitu juga dengan alat-alat elektronik lainnya.
Jenis-Jenis Stabilizer Listrik
Stabilizer listrik sendiri memiliki beberapa jenis yang masing-masing memiliki cara kerja berbeda. Berikut diantaranya jenis-jenis stabilizer listrik yang bisa kamu pilih untuk digunakan di rumah:
Stabilizer servo
Jenis ini menggunakan servo motor yang akan berputar untuk menstabilkan tegangan listrik. Namun, servo motor ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari jenis lain untuk menstabilkan listrik. Selain itu stabilizer Stabilizer servo ini belum dibekali filter terhadap gangguan listrik (petir, surge, spike).
Stabilizer relay
Stabilizer ini bekerja dengan menggunakan beberapa relay. Jenis ini tidak mempersingkat waktu tunggu dalam menstabilkan listrik, namun cenderung mengorbankan kestabilannyam sehingga kestabilan listrik yang dihasilkan bisa dibilang relatif kurang baik.
Stabilizer digital control
Nah ini adalah model atau jenis stabilizer yang paling baru. Jenis ini sudah menggunakan sistem ferro-resonant/line conditioner yang memiliki response time 0,04 detik. Tingkat kestabilannya pun yang paling baik di antara kedua jenis sebelumnya.
Cara Kerja Stabilizer Listrik
Stabilizer listrik bekerja secara kontinu, alat ini terus membandingkan antara arus yang masuk dari tegangan PLN dengan arus output yang dia keluarkan. Ketika input terbaca naik atau turun maka stabilizer akan bekerja untuk menurunkan atau menaikkan tegangan sehingga output tetap konstan di angka 220 Volt.
Pada stabilizer relay, set relay yang ada di dalamnya akan akan memilih tegangan output pada transformator secara otomatis, sehingga input yang masuk akan diubah hingga mendekati 220 Volt. Begitu pula dengan dua jenis lainnya, pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama.
Cara Memilih Stabilizer Listrik
Ada beberapa hal yang bisa jadi pertimbanganmu dalam memilih stabilizer yang akan kamu beli. Faktor-faktor ini berlaku untuk merk apapun:
- Perhatikan Response timenya, stabilizer yang bagus memiliki respon time kurang dari 1 detik. Jika lebih, stabilizer listrik tersebut kemungkinan besar tidak dapat mengimbangi fluktuasi listrik dengan baik.
- Monitor LED ataupun monitor jarum, keberadaan komponen untuk memonitor dapat membantumu untuk melakukan pemantauan kestabilan listrik.
- Rentang Voltase input harus berada di angka 140 – 240 Volt. Stabilizer listrik yang rentang voltase operasionalnya di luar angka ini kurang cocok digunakan di Indonesia yang memiliki input listrik dari PLN di tegangan 220 Volt.
- Voltase output harus sebesar 220 V dengan toleransi sekitar 2%, hal ini penting karena rata-rata alat elektronik membutuhkan input 220V untuk bekerja optimal.
- Pastikan teknologi minimalnya sudah menggunakan servo motor.
- Fitur kipas pendingin juga jadi pertimbangan penting ketika membeli stabilizer listrik, karena mengingat alat ini yang harus menyala secara kontinu. Selain pengingin fitur display digital pun bisa jadi nilai tambah.
- Sesuaikan dengan kapasitas arus di rumahmu, cara menghitungnya Ampere yang tertera di MCB dikali 22V kali 80% (kinerja maksimal stabilizer) lalu kali 25% (toleransi perbedaan spesifikasi stabilizer). Misal tertera 10A di MCB, maka daya operasional stabilizer yang cocok adalah 10 x 220V x 80% x 25% = 3.437 VA Bulatkan ke atas untuk jaga-jaga, menjadi 4000 VA. Jadi kamu bisa membeli stabilizer listrik dengan kapasitas 4000 VA atau 5000 VA jika kamu tidak menemukan yang 4000 VA.
Nah itulah penjelasan tentang stabilizer listrik. Fungsi stabilizer listrik ini cukup penting jika kamu memang begitu peduli pada keawetan peralatan elektronik rumahan yang kamu miliki. Semoga membantu!