caramesin.com – Harga Saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) pada Rabu 13 Oktober 2021 adalah awal dari pertukaran dengan pasar lain yang layak dan pasar pengaturan.
Penyesuaian nilai saham tersebut diduga karena BBCA memimpin pemecahan saham dengan proporsi 1:5. Ini berarti bahwa setiap 1 saham yang saat ini tersedia dibagi menjadi 5 saham baru.
Pengaturan tersebut disahkan oleh pemegang saham pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan pada tanggal 23 September 2021.
Sebelumnya, nilai standar yang berlaku per saham BBCA adalah Rp 62,5. Sementara itu, nilai nyata per saham BBCA setelah pemecahan saham akan menjadi Rp 12,5.
Tanggal penetapan pemegang saham yang berhak atas hasil pemecahan saham (Recording Date) adalah Kamis, 14 Oktober 2021.
Kemudian saham-saham dengan nilai lain hasil pemecahan saham tersebut dibagikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kepada Pemegang Saham pada tanggal 15 Oktober 2021. Ini juga merupakan awal dari pertukaran saham dengan nilai lain di Pasar Tunai.
Dampak Positif Saham BBCA
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai, kegiatan ini berdampak positif terutama pada likuiditas saham BBCA yang sedang diwaspadai.
Saham BBCA juga cenderung mengikuti kenaikan. Hal ini sesuai dengan pameran Perseroan yang terus berkembang.
“BBCA berpeluang mempertahankan tren vertikal karena eksekusi terus berkembang sehingga semakin memikat para retailer untuk berkumpul,” kata Sukarno, seperti dilansir Liputan6.com, Rabu (13/10/2021).
Senada dengan pameran BBCA, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan kegiatan ini dapat menarik minat pelaku pasar.
Selain itu, pemecahan saham membuat biaya saham BBCA lebih rendah sehingga lebih banyak yang bisa dikumpulkan.
Saham BBCA sempat menyentuh level Rp. 36 ribu dalam tren vertikal. Dengan proporsi 1:5, biaya saham BBCA berada pada kisaran Rp. 7 ribu.
“Bahkan setelah stock split, profit taking masih cukup wajar. Hal ini sesuai dengan kenaikan yang terjadi beberapa pekan sebelumnya,” kata Reza.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja memaklumi, Perseroan melihat investor ritel mengingat investor muda pasar modal Indonesia memiliki minat yang kuat untuk berinvestasi di saham BBCA.
Sehingga Perseroan melakukan stock split agar lebih mudah dijangkau. “Dengan adanya kegiatan korporasi ini, diyakini biaya saham BCA bisa lebih masuk akal bagi investor ritel,” kata Jahja.