caramesin.com-Peralihan dari televisi analog ke digital banyak dikeluhkan oleh segelintir orang terkait pembelian peralatan tambahan untuk menonton televisi.
Namun, perlu diketahui bahwa peralihan dari televisi analog ke digital mirip dengan waktu ketika televisi hanya hitam putih dan berubah menjadi televisi berwarna. Menurut Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti, dalam sesi diskusi publik “Partisipasi Masyarakat Menghadapi Televisi Digital”, mengatakan bahwa perubahan teknologi tidak dapat dihindari atau proses perubahan.
“Dengan teknologi tentunya akan ada perubahan. Sekarang era digital,” kata Niken.
Selain mendapatkan citra yang jernih dan bagus, atau bisa mengakses internet dengan cepat, mudah dan murah, perlu diketahui bahwa ada alasan lain mengapa pemerintah memasang TV analog dan TV digital. Menurut Kominfo, televisi analog yang sudah beroperasi bertahun-tahun ternyata mengkonsumsi sebagian besar frekuensi 700 MHz x 328 MHz.
Staf Ahli Menteri Penerangan dan Penyiaran Henri Subiakto mengatakan, banyaknya MHz yang digunakan pada televisi analog memperlambat kecepatan internet di Indonesia karena televisi yang sering digunakan.
Mantan Presiden Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Ishadi SK mengatakan, jika televisi analog diubah menjadi digital, hanya dibutuhkan 176 MHz untuk stasiun televisi. Menurutnya, dengan beralih ke televisi digital, Indonesia bisa mengalokasikan 112 MHz yang bisa digunakan untuk keperluan lain.
Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki cadangan sebesar 40 MHz yang dapat digunakan untuk pengembangan teknologi ke depan. Ishadi mengatakan, “Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bisa mencapai Rp 40-70 triliun. Ishadi juga mengatakan keunggulan lain dari TV digital adalah siaran digital atau Analog Switch-Off (ASO) yang dapat mempercepat jaringan 5G di Indonesia.
Sebelumnya, Komisioner KPI Pusat Hardly Stefano mengatakan, pada penerima siaran atau Set Top Box (STB) terdapat sistem peringatan dini yang dapat dijadikan sebagai alarm bagi masyarakat terhadap risiko bencana. “Beberapa rencana tersebut terhubung dengan BMKG dan dapat segera diperluas,” kata Hardly.