caramesin.com-Insomnia adalah penyakit atau kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk tertidur dan/atau tetap tertidur dalam jangka waktu yang lama.
Pada umumnya penderita insomnia mengalami kesulitan untuk kembali tidur jika kebetulan terbangun di tengah malam.
Frekuensi yang terjadi pada penderita insomnia biasanya terjadi setidaknya tiga malam dalam seminggu selama tiga bulan.
Berkurangnya kualitas tidur yang dialami oleh penderita insomnia tentunya mempengaruhi aktivitas pagi dan sore hari.
Menurut dr. Lusiana Winata, Sp. KJ mengatakan bahwa masalah tidur sering dikaitkan dengan penyakit.
Salah satu metode yang digunakan psikiater untuk penderita insomnia adalah terapi perilaku kognitif (CBT).
Pertimbangkan lima jenis terapi perilaku kognitif berikut untuk insomnia:
gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
1. Terapi kognitif
Dalam terapi kognitif ini, psikiater memberikan edukasi kepada pasien untuk mengoreksi keyakinan pasien yang kurang tepat tentang tidur. Lusiana mengatakan, terkadang pasien yang akan tertidur akan membatalkan niatnya karena tiba-tiba cemas karena pasien tidak bisa tidur.
“Dia mau tidur tapi takut,” kata Lusiana.
Terapi kognitif juga bertujuan untuk mengurangi pemikiran bencana dan kekhawatiran yang berlebihan tentang konsekuensi dari kurang tidur.
2. Terapi relaksasi
Terapi relaksasi ini terdiri dari berbagai teknik yaitu relaksasi progresif dan relaksasi melalui meditasi. Relaksasi progresif memberi pasien pengetahuan untuk mengenali ketegangan itu sendiri dan juga mengendalikannya melalui serangkaian latihan.
Lusiana mengatakan pasien akan dilatih untuk secara sistematis melepaskan ketegangan yang mereka rasakan.
Saat bersantai melalui meditasi atau visualisasi, pandu pasien untuk fokus pada tujuan netral daripada membakar pikiran.
3. Kebersihan tidur
Sleep hygiene bertujuan untuk meningkatkan pemeliharaan kualitas tidur dan kewaspadaan penuh di siang hari. Lusiana menjelaskan, contoh kegiatan yang dilakukan sebelum tidur adalah handphone yang harus disimpan dan tidak dibawa ke tempat tidur, setelah itu pasien bisa mematikan lampu.
“Jangan minum kafein, seperti kopi atau teh, setidaknya enam hingga delapan jam sebelum tidur,” kata Lusiana.
Pasien juga dapat menyalakan aromaterapi untuk membantu mereka rileks atau membaca buku favorit mereka untuk menenangkan pikiran.
Anda juga bisa bersantai sebelum tidur, mulai minimal 30 menit sebelum tidur.
4. Terapi kontrol stimulus
Dalam terapi ini, pasien diminta untuk menggunakan kebiasaan seperti menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan aktivitas seksual.
Dan tidak dianjurkan untuk membaca, menonton TV, makan atau bekerja di tempat tidur.
Cara ini bertujuan untuk mengasosiasikan tempat tidur dengan tidur, bukan aktivitas yang membangunkan Anda.
Selain itu, pasien juga disarankan untuk menyesuaikan waktu bangun tertentu dan tidak menghabiskan terlalu banyak waktu di tempat tidur.
5. Perawatan pencegahan tidur
Terapi ini adalah pembatasan tidur berdasarkan fakta bahwa terlalu banyak waktu di tempat tidur sering memperburuk insomnia.
Dengan membatasi waktu yang dihabiskan di tempat tidur, itu mengarah pada tidur yang lebih efisien, teratur, dan dapat diprediksi.
Lusiana juga menganjurkan agar penderita insomnia berolahraga selain melakukan satu atau lima terapi.
“Saran saya yoga itu bagus, ada juga relaksasi dan meditasi dalam yoga, bisa dua-duanya. Bagi sebagian orang yang belum pernah bermeditasi, meditasi sangatlah sulit. Yoga itu tingkat kesulitannya di bawah meditasi,” kata Lusiana.