Warga Tulangbawang tertarik budidaya Magot BSF, proses panen cepat dan menjanjikan

caramesin.com-Saat ini penanaman BSF akan sangat digemari masyarakat khususnya di Kabupaten Tulangbawang.

Selain kecepatan proses panen, biaya dan pemeliharaan larva ini tidak terlalu rumit.

Dengan lokasi dan biaya yang sederhana, masyarakat dapat memelihara hewan ini.

Larva berasal dari lantai prajurit hitam.

Worm ini sendiri sudah banyak dikenal masyarakat. Terutama bagi para peternak hewan.

Larva lalat hitam banyak digunakan masyarakat untuk pakan ternak, burung, unggas dan ikan.

Banyak kelebihan yang membuat orang tertarik untuk membudidayakan hewan ini.

Begitu pula dengan Ibnu (29), warga Perumnas Talang Tembesu, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulangbawang, yang mulai beternak ulat bulu.

Ternyata dia baru berusia dua bulan ketika dia mulai bekerja di perusahaan penerbangan tentara hitam BSF. “Sekitar dua bulan kemudian, saya mulai membudidayakan black soldier fly atau worm ini,” jelas Ibnu kepada Tribunlampung.co.id, Rabu (20/7/2022).

Bahkan dalam proses pemasarannya, worm ini mudah dijual. Karena banyak kolektor yang tertarik membeli paling banyak beberapa ton.

“Proses pemasarannya cepat karena banyak kolektor yang siap membeli cacing ini,” kata Ibnu.

Menurutnya, perawatan yang cepat dan praktis dapat mempercepat pertumbuhan proses penanaman. “Harus menunggu 3 sampai 5 hari dari proses pembuatan telur hingga larva menetas,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa proses pertumbuhan larva muda membutuhkan waktu 15 hingga 18 hari untuk matang.

“Dibutuhkan 15 hingga 18 hari untuk memanen dari bayi ke bayi,” jelasnya.

“15 hari bisa, semua tergantung pesanan tangki dan ukuran larva,” tambahnya.

Namun, dibutuhkan waktu hingga 40 hari bagi larva untuk berkembang menjadi lalat tentara hitam dewasa. “Saat dewasa dalam waktu 40 hari, lalat hitam kawin dan menghasilkan telur yang kemudian menjadi larva,” jelasnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa asal mula ketertarikannya untuk membudidayakan black army flies berawal dari penjelasan salah satu temannya.

“Ketertarikan pertama pada pengembangan datang dari komentar salah satu teman saya. Setelah melihat dan melihat, sepertinya menjanjikan pengembangan yang bagus,” jelasnya.

Jadi dia mulai membeli telur kutu tentara hitam dari seorang kolektor dan mulai mencoba membudidayakannya. “Kami sekarang sudah panen tiga kali, panen pertama 200 kilo, panen kedua 250 kilo dan ketiga 400 kilo,” katanya.

Saat ini, ia terus merintis perluasan lahan pertanian yang dikelolanya.

Dengan memperluas area perkembangbiakan lalat black warbler dan juga dengan menempatkan larva yang sedang tumbuh.

“Ke depan, kami akan memperluas lokasi area cacing di sini,” kata Ibnu.

Ia berharap dewan daerah dapat membantu memperhatikan pengembangan peternakan cacing. Sebab, kata dia, dengan berkembangnya budidaya ini di Kabupaten Tulangbawang akan membantu perkembangan ekonomi masyarakat.

“Karena toko ini sangat bagus dan praktis di masyarakat,” ujarnya.

Related posts