Kronologi Kematian Anak SD Tasikmalaya: Depresi Akibat Bullying dan Dipaksa Bersetubuhi Kucing

caramesin.com-Seorang anak sekolah dasar di Tasikmalaya tewas akibat dugaan pencabulan oleh teman-temannya.

Seorang siswa kelas VI SD di Distrik Singapura, Kabupaten Tasikmalaya berinisial PH (11), mendapat perhatian buruk dari temannya, juga mengalami depresi berat.

Tak hanya mengaku dipukuli oleh permainannya, korban juga terpaksa menggonggong ke arah kucing tersebut.

Sayangnya, aksi pemaksaan itu terekam hingga korban menjadi depresi dan tidak mau keluar rumah.

Kronologis kejadian yang dialami PH diungkap Ketua Komisi Daerah Indonesia untuk Perlindungan Anak (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto. Ia mengatakan, peristiwa bullying pertama kali bermula dan diketahui melalui video di media sosial yang menjadi viral.

Video tersebut memperlihatkan korban dipaksa oleh beberapa temannya yang mencurigakan untuk berhubungan seks dengan seekor kucing.

“Korban diduga pernah mengalami bullying, depresi dan akhirnya meninggal. Bentuk bullying lebih banyak adegan kekerasan. Korban dipaksa dan diancam dengan mainannya,” kata Ato Rinanto, Rabu, 20 Juli 2022. Bocah laki-laki warga Desa Sukaasih, Kecamatan Singaparna yang sering menjadi korban bullying itu, tampak sedih dan enggan keluar rumah.

Bahkan, korban menolak makan dan minum hingga kesehatan korban terancam. Keluarga membawa korban ke rumah sakit.

Sayangnya, nyawa anak kedua Ad (41) dan Ti (39) tak terselamatkan.

Orang tua korban yang berkumpul di rumahnya masih dalam keadaan berduka. Di loteng dengan dinding lemari dan sirap, mereka berdua sedih ketika mereka berbicara tentang pengalaman pahit putra mereka.

Ibu korban menceritakan kepada Ti bahwa anaknya sering mengeluh sakit tenggorokan dan sering dipukuli karena bermain.

Korban juga mengaku dipaksa berhubungan seks dengan kucing tersebut.

“Kedua orang tua korban masih labil secara mental. Untuk itu kami menawarkan bantuan psikologis dan pemulihan, serta kemungkinan bantuan dalam proses hukum,” kata Ato Rinanto. Sementara itu, Regu Kriminal Kepolisian Singapura Aipda Dwi Santoso mengaku belum menerima laporan atas kejadian tersebut.

Namun, pihaknya langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan lebih lanjut.

“Laporannya belum kami terima. Namun, anggota kami langsung turun ke lapangan untuk proses penyidikan,” kata Dwi Santoso.

Related posts