caramesin.com – Kisah Trauma Mendalam Pasukan Paris Gara-Gara Madrid,Dramatis. Kata yang tepat untuk menggambarkan hasil babak 16 besar Liga Champions 2021/22 antara Paris Saint Germain dan Real Madrid beberapa waktu lalu.
Pertandingan besar tersebut mendapat perhatian dari berbagai belahan dunia bahkan sebelum pertandingan berlangsung. Maklum, banyak bintang berjuang di area ini.
Tahap pertama akan berlangsung di Prancis. Les Parisiens tampil dominan. Pasukan Mauricio Pochettino menang 1-0 dari Madrid di Parc des Princes dini hari Rabu (16/02).
Raksasa Ligue 1 berada di atas angin. Pesta berlanjut dengan tahap kedua di Spanyol. Tepatnya di Stadion Santiago Bernabeu pada Kamis (10/3) dini hari WIB. Drama itu dipajang di markas El Real. Pada menit ke-39, Kylian Mbappe membuat tim tamu memimpin. Itu berarti dia dan rekan satu timnya umumnya 2-0 saat ini.
Les Rouge-et-Bleu kembali mendominasi. Namun usai jeda, situasi berbalik. Karim Benzema mencetak hattrick pada menit ke-61, 76 dan 78.
Gol pertama Benzema masih bisa diperdebatkan. Pochettino menyatakan kemarahannya atas keputusan wasit Danny Makkelie. Dia yakin kiper timnya, Gianluigi Donnamruma, dilanggar sebelum gol mereka diberikan.
Namun, Makkelie memiliki pendapat berbeda. Arsitek mengalami kesulitan menerima kebenaran. Apalagi saat ini sudah ada teknologi VAR. Menurutnya, ketentuan tersebut tidak mempengaruhi tujuan pengambilan keputusan yang sebenarnya.
“Setelah gol itu, permainan berubah, kami mendominasi selama 60 menit. Gol itu mengubah segalanya,” kata ahli taktik asal Argentina itu, dikutip Metro.
Nasinya berubah menjadi bubur. PSG dihapus. Madrid berjalan mulus untuk akhir takhta. Tentu saja, kegagalan Los Blancos sulit dilupakan oleh para pemain Les Parisiens. Pemain seperti Lionel Messi mengakuinya. Pasalnya, mereka merasa pantas memenangkan dua laga tersebut.
“Masih ada rasa pahit tersingkir dari Liga Champions dalam pertandingan di mana kami adalah tim terbaik,” kata Messi, Selasa (24/5).
Dengan kata lain, ada ketidakpuasan. Klub tidak ingin kenangan buruknya mempengaruhi fokus mereka, terutama dengan Les Rouge-et-Bleu bermain di Eropa nanti pada musim 2022/23. “Menurut L’Equipe, melalui Mundo Deportivo, PSG mencari psikolog olahraga untuk membantu mengatasi rekor buruk mereka di Eropa dalam beberapa musim terakhir,” demikian bunyi laporan tersebut, seperti dikutip Football Spain.
Dilihat dari perjalanan raksasa Prancis di pentas Eropa dalam tiga tahun terakhir, pihak anti-Madrid menjadi alasan hadirnya rencana ini. Pasalnya pada musim 2019/20, Mbappe dkk. lolos ke babak final. Saat itu, Les Parisiens sulit menandingi dominasi Bayern Munich di papan atas.
Setahun lalu, dia menghentikan langkah PSG di semifinal melawan Manchester City. Sekali lagi, ini bisa dimengerti. Di kedua leg, pasukan Pochettino mendapat tekanan lebih.
Menuju babak 16 besar edisi 2021/22. Neymar dkk terus menebar ancaman di depan gawang Madrid. Namun, Los Blancos memenangkan perempat final.
Hasil seperti itu membuat raksasa Prancis sukses. Kehadiran psikolog diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan psikologis skuat Les Rouge-et-Bleu di kompetisi elit benua biru tersebut.