Berinvestasi itu berisiko? Itu benar, sejujurnya. Apapun jenis investasi yang Anda pilih, pasti ada kelebihan dan kekurangannya.
Risiko investasi inilah yang harus Anda ketahui jika Anda tidak ingin kalah. Apakah Anda ingin berinvestasi dan mengalami kerugian? Anda lebih suka tidak, bukan begitu?
Oleh karena itu, Anda harus memahami risiko apa saja yang bisa terjadi saat berinvestasi. Berikut adalah 12 risiko investasi yang harus Anda pertimbangkan jika Anda memiliki keinginan untuk mendapatkan keuntungan terbesar. Apa pun?
1. Risiko investasi berupa risiko pasar
Risiko investasi ini dapat mempengaruhi berbagai jenis instrumen investasi mulai dari deposito, obligasi, saham, hingga dana bersama. Beberapa risiko yang diingat untuk risiko pasar adalah:
- Risiko ekuitas, risiko yang biasanya terjadi pada saham dan reksa dana ini timbul akibat penurunan harga di pasar saham.
- Risiko tingkat bunga, risiko yang umumnya terjadi pada surat utang atau obligas ini muncul karena adanya perubahan suku bunga. Ketika suku bunga acuan naik, nilai pasar obligasi menjadi turun.
- Risiko mata uang, risiko ini terjadi saat kamu berinvestasi dengan mata uang dalam negeri maupun asing. Pergerakan nilai mata uang yang menguat atau pun melemah bisa memengaruhi nilai investasi lho.
2. Risiko likuiditas
Risiko investasi ini menyebabkan Anda tidak memiliki pilihan untuk menjual investasi Anda, terutama saham, dengan biaya yang wajar dalam waktu singkat. Bahkan jika Anda terpaksa menjualnya, Anda harus menjualnya dengan biaya terendah untuk mendapatkan uang tunai dengan cepat.
Tentu saja, menjual saham dengan harga rendah dapat membuat Anda kehilangan uang. Sejujurnya, sayangnya saham yang Anda beli mungkin tidak memiliki nilai apa pun. Astaga!
3. Risiko konsentrasi
Risiko investasi ini bisa muncul karena Anda hanya berinvestasi pada satu pilihan instrumen saja. Idealnya, Anda harus berinvestasi dalam beberapa pilihan instrumen.
Misalnya, Anda berinvestasi di saham. Sebaiknya tidak menempatkan dana di satu saham saja, belilah saham lain juga. Ini adalah salah satu cara mengelola risiko kerugian pada salah satu saham Anda.
Selain itu, investasikan dana Anda pada instrumen lain selain saham. Misalnya, Anda juga dapat berinvestasi dalam deposito, obligasi, atau emas.
4. Risiko kredit merupakan bentuk risiko investasi
Anda juga harus tahu tentang risiko investasi berisiko yang terjadi pada sekuritas atau obligasi obligasi rahasia yang menyertainya. Risiko ini biasanya dialami oleh perusahaan yang menganggap pujian atau kewajiban untuk kemajuan bisnis.
Salah satu sumber pinjaman korporasi adalah obligasi. Memiliki obligasi menguntungkan karena berapa banyak pengembalian lebih penting daripada deposito. Namun, di balik keuntungan ini, obligasi juga berisiko karena organisasi mungkin tidak membayar pengembalian yang disebut kupon obligasi.
Gak berhenti di situ, uang yang kamu pakai buat beli obligasi bisa juga gak balik, lho!
5. Risiko inflasi
Risiko investasi ini bisa terjadi ketika Anda berinvestasi di obligasi, berbeda dengan saham.
Risiko ekspansi tidak memiliki konsekuensi yang merugikan. Padahal, harga saham akan cenderung naik jika tingkat ekspansi naik karena perusahaan akan menaikkan harga barang yang ditunjukkan dengan seberapa besar ekspansi.
6. Risiko investasi berupa wabah penyakit
Itu benar, Covid-19 adalah model! Jika Anda salah satu orang yang bekerja di pasar saham, Anda pasti merasakan efeknya bukan?
Tengok saja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok lebih dari 20% dalam kurun waktu kurang dari sebulan pada periode Februari hingga Maret 2020. Bahkan emiten perbankan, seperti BCA, BNI, dan Bank Mandiri pun tak luput dari keterpurukan. penurunan kerangka berpikir lebih dari 5%.
7. Risiko politik pemerintahan
Risiko investasi berikut ini disebabkan oleh politik pemerintah. Masih ingat anarki di Jakarta pasca rekapitulasi hasil Pilpres 2019?
Hal ini ternyata juga membuat kondisi keuangan menjadi kurang pasti sehingga individu bereaksi berlebihan. Untungnya, risiko ini umumnya berumur pendek jika dibandingkan dengan wabah penyakit seperti Covid, yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
8. Risiko suku bunga
Kenaikan suku bunga jelas merupakan salah satu risiko investasi yang tak terhindarkan karena pinjaman atau obligasi dapat terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga.
Risiko ini muncul karena perubahan signifikan dalam tingkat suku bunga yang mempengaruhi pembayaran dari investasi yang diinvestasikan. Akibatnya, ketika suku bunga naik, harga sekuritas akan turun.
9. Risiko nilai tukar mata uang
Perkembangan unik dari uang tunai atau kurs perdagangan yang tidak dikenal akan mempengaruhi stabilitas nilai investasi. Hal ini disebabkan oleh perubahan kurs perdagangan asing yang tersedia yang tidak sesuai dengan ekspektasi, terutama ketika dialihkan sepenuhnya ke uang domestik.
Gambarnya begini. Seorang investor ingin berinvestasi dalam Dolar. Pada saat yang sama, skala pertukaran Rupiah terhadap Dolar melemah sehingga investor perlu mengeluarkan lebih banyak Rupiah.
10. Risiko reinvestasi
Anda tahu apa yang mungkin terjadi jika fluktuasi nilai dan suku bunga pasar berlawanan? Itu benar, datanglah risiko reinvestasi.
Risiko ini memaksa investor untuk menempatkan pembayaran yang diperoleh dari bunga kredit atau sekuritas ke dalam investasi dengan bayaran lebih rendah karena tingkat bunga yang lebih rendah.
Langkah ini mau tidak mau harus diambil jika arus kas investasi menghasilkan pengembalian yang lebih rendah setelah diinvestasikan kembali dalam instrumen investasi baru.
Misalnya, jika Anda memiliki pengaturan obligasi dengan tingkat kupon 5 persen untuk jangka waktu 5 tahun, hasil obligasi ini akan turun menjadi 3 persen. Untungnya pada saat jatuh tempo investor akan mendapatkan semua pembayaran bunga 5% dan kepala pada investasi yang disetujui.
Masalahnya, jika nanti Anda perlu menginvestasikan kembali uang tunai dengan membeli obligasi lain di kelas yang sama, Anda tidak akan pernah lagi mendapatkan bunga kupon 5%, tetapi hanya 3%.
11. Risiko gagal bayar
Risiko ini dapat terjadi pada siapa saja yang tersirat dalam investasi shared lending (P2P). Dalam situasi ini, peminjam tidak dapat memenuhi kewajibannya seperti pada pemahaman pertama.
Dalam situasi ini, Anda mungkin harus memperkirakan laju kerugian sebesar 1,5 persen setiap tahun dari dana yang Anda investasikan pada produk investasi pinjaman bersama (P2P).
12. Risiko investasi berupa risiko pajak
Risiko investasi terakhir ini tidak bisa dihindari. Sebagai anggota masyarakat yang produktif, Anda berkomitmen untuk membayar pajak. Tragisnya, struktur penilaian di Indonesia masih terbilang lemah. Regulasi mengenai wajib pajak orang pribadi, bukan badan usaha, masih belum ideal.
Hal ini membuat pengaturan tugas individu menggunakan produk investasi di Indonesia tidak ideal.
Itulah beberapa risiko investasi yang sangat ingin Anda sadari dan pahami jika Anda tidak yakin investasi Anda harus menanggung kerugian.
Dengan memantau risiko di atas sejak awal, Anda dapat mengejar pilihan yang lebih terdidik saat Anda perlu berinvestasi sehingga Anda dapat menghasilkan keuntungan yang Anda antisipasi.
Deposito sebagai instrumen investasi berisiko rendah
Jika Anda memiliki keinginan untuk memulai investasi dengan umumnya aman namun tetap stabil, Anda dapat mencoba deposit.
Neo Commerce Bank (Bank Neo) melalui aplikasi neobank memiliki item deposit yang #BeraniLebih menyukai uang tunai, khususnya Deposit Neo WOW lho.
Jangka waktu Deposito Neo WOW sangat beragam, mulai dari 7 hari, hingga 3, 6, dan 12 bulan dengan setoran nyata mulai dari hanya Rp 200 ribu. Tidak hanya itu, bunga deposito yang ditawarkan juga tinggi, mulai dari 6,5% p.a. hingga 8% per tahun.
Cara membuatnya juga sangat mudah, tidak perlu datang ke bank. Semuanya cukup melalui smartphone, karena semuanya harus mungkin melalui pusat tangan.