caramesin.com – Benarkah Ferdy Sambo Diam-Diam Sudah Nikahi Polwan Cantik AKP Rita Yuliana?, Kabar Mengejutkan Terungkap!,Kabar gembira lainnya adalah Ferdy Sambo menikah dengan seorang polwan bernama Cantik.
Itu keluar di jejaring sosial, dikatakan bahwa pernikahan itu diam-diam.
Lantas apakah pernikahan Ferda Samba dengan polwan cantik ini benar-benar dirahasiakan?
Dikutip iNSulteng.com dari Mind-rakyat.com, motif pembunuhan Brigjen J Irjen Pol Ferdy Sambo masih menjadi pertanyaan besar.
Baik polisi maupun pengacara Bharada E, yang masih enggan membeberkan alasan pembunuhan asisten Putri Candrawati, bungkam. Teori konspirasi untuk pembunuhan Brigadir Jenderal J
Sebuah pesan yang dikirim ke nomor tersembunyi menyatakan bahwa kematian Brigadir J disebabkan oleh terungkapnya hubungan gelap antara Ferdy Samba dan Rita Yuliana dari AKP.
“Sambo selingkuh, (menikah diam-diam padahal sama-sama Kristen, polwannya juga Kristen). Bu Putri minta Brigjen J cari tahu karena curiga Sambo jarang di rumah, akhirnya ketahuan Brigjen J bilang Bu Putri o Polisi Rita, ”kata pengirim pesan.
“Akhirnya Bu Putri dan Sambo di kamar karena ketahuan selingkuh dengan polwan itu. Sambo marah pada Brigadir J karena ketahuan dan menceritakan semua hubungan mereka Bu Putri, Bu Sambo tapi dia dibela oleh Brigadir J. ” ” dia menambahkan.
Merasa takut Brigadir J akan menyebarkan ‘aib’ yang selama ini ditutupinya, Ferdy Sambo pun diduga memilih untuk menghabisi nyawa ajudan Putri Candrawathi tersebut.
“Sambo akhrinya takut Brigadir J cerita ke mana-mana soal perselingkuhannya dan juga takut Brigadir J cerita Sambo sebagai bandar situs judi 303. Maka Sambo suruh Bharada E dan beberapa pasukannya ikat Brigadir J di kursi untuk diinterogasi,” ucap pengirim pesan tersebut.
“Saat diikat di kursi, Sambo menyiksa Brigadir J dan sampai pada puncaknya menembak kepalanya Brigadir J. Jadi Disiksa dulu baru ditembak 5 kali,” ujarnya menambahkan. Karena takut, Ferdy Sambo akan menghubungi tim forensik untuk membersihkan Tempat Kejadian Perkara (TKP).
“Kemudian Sambo panik dan detektif dipanggil ke rumah untuk membersihkan TKP, tapi detektif disuruh menyamar sebagai petugas polisi. Sambo kemudian mengeluarkan sistem pengawasan dari rumahnya,” kata petugas operator dalam laporan itu. , yang dikutip Mind-Rakyat.com dari akun TikTok @babydollin, Kamis 11 Agustus 2022.
Pengacara keluarga Brigjen J, Kamaruddin Simanjuntak, juga menyoroti dugaan perselingkuhan tersebut.
Pasalnya, ia mendapat informasi bahwa Brigadir J dibawa ke lokasi berbeda dengan dibawa ke Duren Tiga. “Ada dugaan yang tadi disebutkan, tersangka pelakunya adalah bapaknya. Ada lagi perempuan yang katanya cantik,” kata Kamaruddin Simanjuntak.
“Kemudian sang ibu bertanya kepada anaknya atau apa yang diyakini sebagai anaknya, almarhumah, ‘Di mana kamu, mengapa kamu tidak pulang’ dan sejenisnya,” katanya.
“Almarhum diyakini telah berkata, ‘Kamu pergi, makanya kamu tidak kembali,’ dia menyebutkan bahwa tempat seperti ini indah,” tambahnya.
Ini pula yang diduga menjadi penyebab Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terlibat masalah di Magelang, Jawa Tengah. “Jadi hari ke-2 mereka berangkat bareng ke Magelang, di Magelang diduga ada tawuran antara bapak dan ibu, makanya mereka menangis,” kata Kamaruddin Simanjuntak.
“Akibatnya, dia lebih dalam bahaya, tetapi alih-alih menjadi penolong, dia jatuh sakit karena ibu yang sudah meninggal ini. Maksudku, mengapa disebut begitu?” dia menambahkan.
Usai kisruh dengan istrinya, Ferdy Sambo lebih dulu pulang ke Jakarta untuk persiapan bertemu dengan Brigjen J.
“Kemudian bapak ini pulang, diduga mempersiapkan segala sesuatunya untuk pembantaian atau pembunuhan ini,” kata Kamaruddin Simanjuntak. “Kemudian informasi datang ke saya, sebelum saya masuk Duren Tiga ini (Brigjen J) dibawa ke Mapolres Paminal. Makanya saya minta cek CCTV di Mapolres, cek baik-baik, jangan diambil dulu, ” dia berkata.
“Karena ada penyiksaan di sana, banyak orang mengeluh di sana, bahkan mengatakan ada alkohol di sana, mereka minum alkohol setiap sore, mereka menembak di sana, mereka menembak,” tambahnya.
Kamaruddin Simanjuntak juga menyebutkan bahwa ada banyak alat yang diduga digunakan untuk menyiksa polisi di Paminal. “Kemudian ada alat yang diduga digunakan dalam penyiksaan, seperti patah jari, dan itu pengalaman petugas polisi lain yang menuduh saya,” katanya.***