Angka Stunting Di Indonesia Meningkat, Camilan Tinggi Refined Carbs Sebabkan Gizi Anak Tak Tercukupi

stunting

caramesin.com – Camilan Tinggi Refined Carbs Sebabkan Gizi Anak Tak Tercukupi, Tingkatkan Angka Stunting di Indonesia,Camilan seperti itu sudah menjadi bagian dari makanan sehari-hari, terutama untuk anak-anak.

Tentu, ada banyak anak yang menikmati ngemil dan ngemil selama masa pertumbuhannya. Meski belum bisa dipastikan apakah jajanan yang dijual di sana mengandung nutrisi yang cukup untuk mencegah anak terhambat pertumbuhannya.

Belum lagi apakah snack tersebut mengandung perasa bubuk dan tidak bertanda. Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam rasa atau bahan pedas.

Hal tersebut didiskusikan oleh Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) – Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastrohepatologi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam diskusi dengan tim media dalam pertemuan virtual. Dia menunjuk pada masalah gizi bayi yang tidak memadai, yang menyebabkan stunting yang lebih besar.

Salah satu pemicunya adalah kegemaran anak terhadap jajanan rendah gizi. Para orang tua mulai mengenal komponen rasa dari jajanan ini.

“Padahal, bumbu bubuk memerlukan izin edar dan takaran agar aman digunakan. Karena bahan ini bersifat karsinogenik, juga buruk jika mengandung sedikit pengawet tetapi dikonsumsi dalam jangka panjang, ”kata Dr. Mozel Kazim. Padahal komponen tersebut dapat menyebabkan kanker dalam jangka panjang.

Namun perlu lebih diperhatikan baik dikonsumsi oleh anak-anak dari usia tumbuh kembang, remaja hingga dewasa, sel kanker dapat dideteksi sejak dini. Pernyataan ini juga didukung oleh dr. Piprim Basarah Yanuarso (SpA(K)), Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Dikatakannya kita sebagai orang tua harus memenuhi kebutuhan gizi anak jika ingin memenuhi kebutuhannya dan mengurangi keinginan jajan di jalan. Pasalnya, banyak jajanan terutama makanan olahan dan berpengawet yang berdampak negatif bagi tubuh.

“Makanan yang kita dan anak-anak kita konsumsi, terutama junk food, tinggi karbohidrat olahan (karbohidrat olahan), tinggi gula, dan tinggi lemak trans, yang sangat pro-inflamasi. Karena itu, kasus obesitas, diabetes tipe 2, dan peningkatan sindrom metabolik akan meningkat seiring berjalannya waktu,” kata dr. Piprim Basrah Yanuarso, SpA(K). “Meskipun tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang disebabkan oleh penuaan atau usia lanjut, banyak remaja saat ini yang mengalami tekanan darah tinggi. Jadi ini isu global,” tegasnya lagi.

apa solusinya?

Ada caranya, kata Dr. Peprim, dan ini benar-benar revolusi nutrisi.

Artinya kita harus kembali ke makanan alami dan buatan sendiri. Rebus dan makan berbagai makanan lain, seperti makanan lengkap yang mencakup sayuran, protein, dan karbohidrat kompleks.

Ini karena makanan yang direbus cenderung tinggi kalori dan gula. Dibandingkan dengan camilan yang sangat tinggi lemak dan gula, makanan asli bisa menjadi pilihan.

Karena itu adalah karbohidrat kompleks, jadi jika itu hewani, itu adalah kombinasi protein dan lemak, dan jika itu nabati, itu adalah campuran protein dan karbohidrat. Jadi jika Anda memberi anak makanan ringan bersama dengan makanan utama, itu sangat cocok. Misalnya telur dadar, telur goreng, dan masakan rumahan. Jangan sampai anak kita menjadi stunting atau kurang gizi kronis akibat gizi buruk.

Ia juga mencanangkan slogan Hari Gizi Nasional Kemenkes RI sebagai ajakan untuk edukasi, salah satunya: Piringku penuh protein hewani. Slogan ini dirasa sejalan dengan program IDAI yang saat ini mendukung protein hewani sebagai solusi pemenuhan kebutuhan gizi anak.

Tentu saja, protein hewani seperti dipol, gulai, gorengan, pep dan makanan tradisional lainnya dimasak. Jangan gunakan tepung terigu untuk menggoreng. Pada akhirnya, makanan nyata apa pun yang diberikan kepada anak-anak dapat mengurangi tingkat ngemil yang tidak sehat.

Related posts