Wapres Terima Risalah Umat Islam Untuk Indonesia Lestari

caramesin.com – Wapres Terima Risalah Umat Islam untuk Indonesia Lestari,Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, menekankan perlunya masjid sebagai wadah untuk menanamkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat.

WAPRES MA'RUF AMMIN

JAKARTA – Banyak peserta Kongres Muslim untuk Indonesia Berkelanjutan membacakan dan menyerahkan 7 Menit sebagai Panduan Mencari Solusi Perubahan Iklim kepada Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (29/07). Wapres mengadopsi Piagam Islam untuk Indonesia Berkelanjutan dan menyerukan persatuan umat dalam mengantisipasi perubahan iklim.

Para kolaborator yang membacakan risalah tersebut adalah penggagas dan penyelenggara Musyawarah Muslim untuk Indonesia Berkelanjutan, yang terdiri dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Lingkungan (MLH) PP Muhammadiyah, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI). ) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). ), Republik, Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Istiqlal Global Fund (IGF).

“Isu dalam kongres ini yaitu lingkungan hidup dan perubahan iklim telah menjadi isu penting di tingkat lokal, nasional, dan global, sehingga semua pihak harus bahu-membahu mengatasi dampak perubahan iklim,” kata KH Ma’ruf Amin dalam sambutannya. sambutan usai menerima risalah oleh Gatot Supangkat, perwakilan Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (29/7). Wapres menambahkan, fenomena perubahan iklim seperti pemanasan global tidak lepas dari ulah masyarakat sendiri yang mengabaikan interaksi dengan lingkungan alam. “Kerusakan lingkungan hampir terjadi di mana-mana, dan dampaknya terasa secara lokal bahkan global,” kata Wapres.

KH Ma’ruf mengingatkan, kerusakan lingkungan menjadi penyebab meningkatnya kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan. Data BNPB tahun 2021 menunjukkan 99,5 persen bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi.

Wapres berharap dengan komitmen dan kerjasama internasional, upaya penanganan perubahan iklim dapat berjalan lebih baik. Wapres menekankan ajaran Islam yang melarang manusia untuk merusak bumi, seperti Al-Quran Al-A’raf ayat 56, “Jangan merusak bumi setelah itu – diatur”.

Selain itu, umat Islam juga diinstruksikan untuk mencegah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, umat Islam harus bekerja sama untuk memerangi perubahan iklim agar hasilnya lebih efektif.

PROGRAM pemerintah

“Saya mengajak para pemuka agama dan umat Islam untuk berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan terkait kerusakan lingkungan. Saya berharap Kongres Muslim untuk Indonesia Berkelanjutan mengeluarkan rekomendasi dan tindak lanjut yang konkrit untuk mengatasi perubahan iklim, sehingga nantinya dapat cerminan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi Republik, Irfan Junaidi, sebagai salah satu penggagas, mengatakan Kongres Muslim memiliki tiga tujuan untuk Indonesia yang berkelanjutan. Tujuan pertama adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat, khususnya umat Islam, untuk bertanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dan perlindungan lingkungan karena merupakan tanggung jawab bersama. “Ini adalah tanggung jawab yang harus kita bagi bersama, tidak hanya dengan beberapa pihak, tetapi secara kolektif,” katanya dalam sambutannya pada presentasi risalah.

Tujuan lainnya adalah untuk menginternalisasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan lingkungan. Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang melarang merusak lingkungan dan wajib menjaganya. Irfan berharap kesadaran internalisasi ajaran agama akan mengarah pada kerja bersama. “Tujuan ketiga adalah kolaborasi. Kami berusaha agar semua bagian masyarakat dapat bekerja sama untuk menjaga lingkungan dan mencegah kerusakan. Semoga kegiatan berjalan seperti yang diharapkan dan kami sangat mengharapkan masukan, ide dan gagasan dari Wapres. ide agar apa yang kita lakukan ke depan berjalan dengan baik,” imbuhnya.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, menekankan perlunya masjid sebagai wadah untuk menanamkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat. Ia mencontohkan Masjid Istiqlal yang dianugerahi sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) oleh International Finance Corporation melalui IFC Country Manager. “Ini sangat penting. Tidak mungkin kita bisa menghijaukan lingkungan jika pikiran dan hati masyarakat tidak hijau. Fungsi masjid adalah menghijaukan pikiran dan hati seperti lingkungan,” ujarnya.

Salah satu berita acara kemarin menekankan bahwa perubahan iklim sedang terjadi dan dampaknya dirasakan oleh semua sektor masyarakat. Maka diperlukan solusi yang berbasis nilai-nilai Islam, berakar pada kearifan lokal dan dikembangkan secara sistematis, sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal. Wajah sebenarnya dari perubahan iklim terlihat pada kemunduran karena iklim yang tidak lagi dapat diprediksi, mengganggu pasokan pangan nasional. Ancaman tenggelamnya Jakarta dan ratusan pulau lainnya, yang bukan hanya soal penggunaan air tanah, tapi juga naiknya permukaan air laut. Selain itu, hujan dan angin kencang lebih banyak terjadi, padahal Indonesia tidak berada di jalur siklon tropis.

Risalah yang dibacakan tersebut merupakan puncak dari berbagai survei dan polling yang dilakukan pada tahun 2021. Ada pula sejumlah diskusi kelompok dan Kongres Umat Islam untuk Indonesia Berkelanjutan. “Selain menekankan pentingnya solusi perubahan iklim, kami juga ingin mendorong urgensi peran ulama, tokoh dan tokoh agama dalam menemukan dan mengimplementasikan solusi tersebut,” kata Mahesti Hasanah, staf perwakilan organisasi tersebut. Kongres Umat Islam untuk Indonesia Berkelanjutan yang juga menjadi mediator. Kongres digelar sehari sebelumnya.

Sementara itu, banyak poin lain dalam risalah tersebut juga menekankan perlunya kepemimpinan perempuan dan pemuda dalam mengatasi krisis iklim. Hal lain yang disoroti dalam risalah tersebut adalah penggunaan dana keuangan syariah, termasuk dana masyarakat seperti shadaqah, infaq dan wakaf, untuk mencari solusi perubahan iklim. Peran lembaga keagamaan seperti masjid dan pesantren juga untuk mendorong pemahaman dan perilaku yang ramah lingkungan. Lembaga ini juga dinilai memberikan ruang strategis bagi pengembangan kajian, inisiatif, implementasi dan inovasi bagi umat Islam untuk berpartisipasi aktif dalam aksi perubahan iklim. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar, Wakil Presiden MUI Marsudi Syuhud, Wakil Sekjen PBNU KH Suleman Tanjung dan Bendahara Dewan Disdakmen PP Muhammadiyah M Sofyan serta Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) turut hadir dalam acara tersebut. v.kemarin. ) Dwikorita Karnawati.

Para pejabat yang hadir, termasuk Wakil Presiden Republik Indonesia KH Ma’rufa Amin, diharapkan menjadi kepala pengendalian perubahan iklim Indonesia. Tugas mulia Allah menjadi khalifah yang menjaga negara,” kata Gatot Supangkat, wakil kolaborator yang menyerahkan berita acara kepada wakil presiden.

Gatot juga menambahkan, Risalah Kongres Muslim untuk Indonesia Berkelanjutan juga dibacakan bersamaan dengan Tahun Baru 1444 Hijriah. “Tegaskan bahwa sudah saatnya umat Islam beralih dari model pembangunan yang merusak lingkungan ke model yang ramah iklim, ramah lingkungan dan berkelanjutan, serta mengutamakan kepemimpinan pemuda,” tegasnya. Staf sepakat bahwa kegiatan ini hanyalah langkah pertama menuju konsultasi yang lebih dalam dan lebih lengkap antara para pemangku kepentingan. Pemrakarsa akan lebih banyak berdiskusi dan berinisiatif ke depan agar upaya ini dapat berkelanjutan dengan inisiatif dan solusi yang konkrit dan oleh, untuk dan dilakukan oleh umat Islam.

“Sudah waktunya bagi umat Islam untuk memimpin aksi iklim tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus menunjukkan kemampuannya sebagai pemimpin gerakan Islam global untuk menemukan solusi perubahan iklim. Selain itu, berbagai organisasi seperti NU, Muhammadiyah dan MUI sudah memiliki kapasitas yang kuat dalam menghadapi perubahan iklim,” kata Muhammad Ali Yusuf, salah satu mitra yang juga memimpin pertemuan di Mahesti. Bukan masalah besar

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengucapkan terima kasih kepada Kongres Umat Islam untuk Indonesia Berkelanjutan yang digelar selama dua hari, pada 28-29 Juli 2022 di Masjid Istiqlal. “Acara ini sangat bagus untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Yang terpenting adalah gerakan bersatu yang besar,” kata Dwikorita, Jumat (29/7) di Masjid Istiqlal.

Ia mengatakan, BMKG sangat mendukung langkah tersebut. Bergerak bersama di sekitar masjid merupakan langkah strategis karena masjid merupakan pusat perkembangan peradaban. Ke depan, kata dia, BMKG akan terus bersinergi pada elemen-elemen penting untuk memerangi perubahan iklim. Apalagi melalui pusat-pusat keagamaan seperti masjid atau gereja, karena dianggap lebih mudah bagi masyarakat. “Kami akan terus bekerja sama dengan elemen-elemen penting untuk membangun hati dan jiwa masyarakat. Langkah seperti ini sangat strategis dan efektif dibandingkan dengan seminar atau apa yang kami ungkapkan dalam presentasi kami,” ujarnya.

Selain itu, Dwikorita mengatakan krisis iklim sudah mendesak. Data menunjukkan bahwa ada lebih banyak badai hari ini

Related posts