Sebaran arwana pun hampir sama, mulai dari Brazil, Australia, Mesir, Indonesia, Malaysia hingga Afrika. Proses penyebaran diperkirakan terjadi saat Bumi berevolusi.
Proses evolusi keanekaragaman flora dan fauna terus berlangsung. Arwana merupakan salah satu fauna yang mengikuti proses evolusi tersebut. Seratus tahun yang lalu, ikan purba ini hampir tidak dikenal. Sejak dua ilmuwan Jerman bernama Muller dan Sclegel menemukan kembali ikan arwana pada tahun 1844, ikan hias ini mulai mendapat perhatian karena bentuk tubuhnya yang indah. Ikan ini ditemukan di Amerika Selatan.
Namun, penelitian mereka belum mengidentifikasi ikan purba itu sama sekali. Kedua peneliti tersebut memberi nama Osteoglossum formosum.
Selain itu, pada tahun 1913 dua ahli zoologi Belanda Max Weber dan LF de Beaufort mengubah nama arwana menjadi Scleropages formosus. Penemuan spesies baru arwana terus berlanjut. Ikan hias ini memiliki banyak nama selain arwana. Beberapa orang menyebut ikan eksotis ini dengan nama arwana, aro, dragon fish, barramundi, ratatoga, pla tapad, silok, siluk, kelesa, kaleso, kalikasi, langit, peyang, tengkuso, tangkelese dan tangkeleso.
Penyebaran arwana di Indonesia sendiri terjadi pada abad 16 dan 17, ketika bangsa Eropa datang dari Belanda dan menaklukkan Indonesia. Namun, tidak banyak orang yang tahu tentang ikan purba yang cantik ini pada saat itu.
Jenis arwana yang biasa ditemukan di Indonesia adalah arwana super red atau Scleropages formosus dan jenis arwana yang banyak ditemukan di sungai dan danau Sintang. Ikan arwana sendiri memiliki ciri-ciri seperti ukuran tubuh yang panjang dan sirip dubur yang terletak jauh dari bagian belakang tubuh.
Ikan ini sering disebut ikan naga karena banyak orang mengasosiasikannya dengan mitologi Cina.